Apa alasan untuk tetap bertahan?

Apa alasan untuk tetap bertahan? Rasanya aku sendiri pun gak benar-benar tahu jawaban yang paling pas untuk membuatmu yakin agar mau tetap bertahan bersamaku. Jika jawabanku adalah karena kamu cantik, berarti suatu saat akan ada saat di mana aku tidak lagi bertahan karena kamu menua dan menjadi keriput. Berarti jawaban ini gak bisa diterima. Jika kujawab kecocokan, rasanya kamu juga belum sepenuhnya cocok dan nyaman denganku, bahkan mungkin kamu lebih memilih dia yang dulu pernah bersamamu. Aku rasa jawaban itu pun gak akan meyakinkanmu. Lalu jika kujawab cinta, aku gak benar-benar tahu apa reaksimu. Karena aku pun gak bisa jawab pertanyaan kenapa aku begitu mencintaimu, sampai-sampai aku gigih mempertahankanmu. Love is indiscribable, and when I won't find the reason why I love you so much. Lalu apakah jawabannya cinta?? Entahlah.

Namun ketika pertanyaan lain yang muncul, apa alasan kita sebaiknya pisah saja dan jalani hidup masing-masing?, banyak sekali jawaban yang bisa kamu lemparkan padaku untuk membuat pertanyaan itu menjadi masuk di akal. Mulai dari keegoisanku yang menurutmu aku terlalu mengatur dan posesif terhadapmu, sifatku yang kadangkala mengabaikan perasaanmu, tingkahku yang mungkin masih sesekali melukaimu, perkataanku yang bagimu mungkin hanya kata-kata gombal yang gak bermakna, dan banyak lagi alasan lainnya. Anehnya, semua alasan itu benar, dan memang masuk akal.

Lalu aku merenungi sekali lagi, jawaban apa yang harus kuberikan atas pertanyaan apa alasan untuk tetap bertahan? Ternyata aku sampai pada sebuah kesimpulan bahwa manusia gak punya semua jawaban atas setiap pertanyaan, begitupun aku dan kamu. Mungkin jawaban terbaik adalah karena aku mau menemukan alasan yang paling tepat kenapa aku harus bertahan bersamamu selamanya.
Kuharap itu menjawab. Aku masih berharap kamu gak ingin lepas dari aku.

 
 

Aku lelaki yang tersinggung, karena di tengah usahaku untuk berubah, kamu seakan menyerah.

The Hardest Day // The Corrs feat. Alejandro Sanz

<object type="application/x-shockwave-flash" data="http://widgets.metrolyrics.com/o/4863f9db65722668/4a2f653a32e5f70b/48b897b047e79996/45ecc826/-cpid/af78d258a9c3a044" id="W4863f9db657226684a2f653a32e5f70b" width="180" height="236"><param name="movie" value="http://widgets.metrolyrics.com/o/4863f9db65722668/4a2f653a32e5f70b/48b897b047e79996/45ecc826/-cpid/af78d258a9c3a044" /><param name="wmode" value="transparent" /><param name="allowNetworking" value="all" /><param name="allowScriptAccess" value="always" /></object><br /> <br /><a href="http://www.metrolyrics.com/">Lyrics</a> | <a href="http://www.metrolyrics.com/the-corrs-lyrics.html">The Corrs Lyrics</a> | <a href="http://www.metrolyrics.com/the-hardest-day-lyrics-the-corrs.html">The Hardest Day Lyrics</a></embed>


 

<object width="445" height="364"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/xo0MQcPmlO4&hl=en&fs=1&color1=0x234900&color2=0x4e9e00&border=1"></param><param name="allowFullScreen" value="true"></param><param name="allowscriptaccess" value="always"></param><embed src="http://www.youtube.com/v/xo0MQcPmlO4&hl=en&fs=1&color1=0x234900&color2=0x4e9e00&border=1" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" width="445" height="364"></embed></object>

ONCE : Falling Slowly

I don't know you
But I want you
All the more for that
Words fall through me
And always fool me
And I can't react
And games that never amount
To more than they're meant
Will play themselves out


 

Take this sinking boat and point it home
We've still got time
Raise your hopeful voice you have a choice
You've made it now


 

<object width="445" height="364"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/CoSL_qayMCc&hl=en&fs=1&color1=0xe1600f&color2=0xfebd01&border=1"></param><param name="allowFullScreen" value="true"></param><param name="allowscriptaccess" value="always"></param><embed src="http://www.youtube.com/v/CoSL_qayMCc&hl=en&fs=1&color1=0xe1600f&color2=0xfebd01&border=1" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" width="445" height="364"></embed></object>


 

Falling slowly, eyes that know me
And I can't go back
Moods that take me and erase me
And I'm painted black
You have suffered enough
And warred with yourself
It's time that you won


 

Take this sinking boat and point it home
We've still got time
Raise your hopeful voice you had a choice
You've made it now


 

Take this sinking boat and point it home
We've still got time
Raise your hopeful voice you had a choice
You've made it now


Falling slowly sing your melody
I'll sing along

Janji untuk Aku Penuhi

Tiga bulan pertama in benar-benar luar biasa. Banyak hal yang kamu ajarkan ke aku, walaupun gak semuanya aku tangkap dengan baik. Mudah-mudahan waktuku selama dua bulan ini benar-benar bisa mengubah aku seperti yang kamu harapkan, lelaki biasa dengan kelemahan dan kelebihan yang biasa-biasa saja. Aku ingat pesan singkatmu yang ini:

Aku mau dilindungin ma kamu

Aku mau dimanjain ma kamu

Aku mau ma kamu

Aku mau punya cita-cita ma kamu

Aku mau disayang ma kamu

Aku benar-benar mau penuhi semua yang kamu harapkan dari aku dengan mengucapkan ke kamu langsung dengan sepebuh hatiku:

Aku bisa nerima kamu apa adanya

Aku mau hidup ma kamu buat ke depannya

Aku akan ngjari kamu banyak hal

Aku akan jadi imam dunia-akhirat buat kamu

Aku bisa menafkahimu lahir batin

Aku yang akan bertanggungjawab ma kamu

Tentang Kita // Julian Cely feat. Terry

Kucoba mengerti
kucoba memberi
Semua yang kau mau
Belahan jiwaku

Tak ingin menunggu
Hati penuh duga
Tanpa jawabanmu
Kau buatku luka

J’ai perdu mai raison
Me laisse à l’abandon
Dis moi où va ma vie
Si tu es loin d’ici, loin d’ici

Walaupun berakhir
Kau masih disini
Walaupun berakhir
Biarku bermimpi
Tentang kita



Je regarde en arrière
J’y vois couler une larme
J’ai perdu mes repères
La couleur de mon âme

Hanya ada do’a
Yang aku ucapkan
Atas nama cinta
Dibawah rembulan

Semua asa hilang
Ditelan sang malam
Yang aku cintai
Mengapa kau pergi, kau pergi

Walaupun berakhir
Kau masih disini
Walaupun berakhir
Biarku bermimpi
Tentang kita

Tiga Sketsa di Satu Malam - Sketsa 3

Sketsa 3

Ini sketsa kehidupan yang ironi. Sayangnya momen ini tadi tak bisa kuabadikan dengan kamera atau media lainnya sehingga tak bisa kalian rasakan ironi yang kurasakan secara menyeluruh. Ini ironi tentang kehidupan jalanan. Sepulang dari memastikan bahwa kekasihku tidak bersedia pulang denganku setelah terlebih dulu mengecek ke dalam kampus , aku pulang seperti biasa: jalan kaki melewati simpang Dago. Sesaat di persimpangan aku perhatikan sekumpulan, sekitar enam atau tujuh, muda-mudi berdiri dan membuat keributan di trotoar tengah pembatas jalan. Aku sangka hanya anak muda yang mencoba menyeberang, tapi ternyata setelah aku perhatikan gitar yang salah seorang pemuda bawa dan tingkah mereka, aku yakin mereka sedang mengamen. Biasanya anak-anak muda seperti ini adalah mahasiswa yang mengamen di perempatan untuk mengumpulkan pendanaan kegiatan. Ironi yang kulihat adalah; sekita lima meter dari remaja-remaja berpakaian serba-bagus dan serba-pantas itu, nampak seorang bapak tunanetra yang mengemis dengan dibantu seorang putrinya yang kuduga berumur belum sepuluh tahun dan keduanya berpakaian lusuh. Bukan cara berpakaian mereka yang perlu kita renungi, tapi lebih kepada perilaku pengendara terhadap kedua kelompok orang ini. Untuk kalian yang pernah mengusahakan pendanaan kegiatan dengan cara mengamen, harusnya sadar betapa jomplang ironi yang terjadi. Aku duga remaja-remaja tadi, dengan bermodalkan status mahasiswa, mendapatkan lebih banyak uang dalam satu malam dari pengendara mobil dan motor ketimbang uang yang didaptkan pengemis itu dalam sehari, seminggu atau bahkan sebulan. Ironi bukan? Para pengendara itu memberikan sumbangan, santuan, bantuan, atau apapun lah namany dengan memandang status sosial seseorang. Pengemis dipandang sinis dan sebelah mata, bahkan lebih banyak ditepis dengan alasan menjadi beban masyarakat saja dan jadi kebiasaan mengemis terus kalau diberi uang, sedangkan mahasiswa tadi dipandang sebagai orang yang layak 'disantuni' lebih banyak karena mahasiswa itu mau bermalu-malu mengamen di perempatan jalan demi jalannya kegiatan mereka. Ahh,, ironi kawan. Hanya ini yang dapat kuceritakan. Aku tak kuat berkomentar lebih banyak.

Tiga Sketsa di Satu Malam - Sketsa 1

Sketsa 2

Setelah pulang formas, aku masih harus menunggui kekasihku, memastikan apa dia mau pulang denganku atau tidak. Aku menunggu di gerbang belakang kampus. Tadinya ingin duduk di palang tepat di depan bagian pagar yang terbuka,, ternyata ada dua pasang muda-mudi yang sedang indehoy tanpa peduli dengan keadaan sekitarnya dan itu membuatku risih. Tapi bukan itu sketsa yang ingin kuceritakan. Akhirnya aku menemukan tempat untuk menunggu yang pas di luar gerbang belakang itu, yaitu di dekat seorang bapak tukang parkir. Sambil menghampiri bapak itu, aku sapa basa-basi "jaga sampai malam, pak?". Ah. Ternyata bapak itu merespon dengan baik. Sepertinya memang beliau butuh teman bicara di sela-sela kesepian beliau menunggui motor-motor dan mobil-mobil yang terparkir di sekitar gerbang belakang itu. Tidak banyak sebenarnya hal-hal yang kami bicarakan. Kami hanya berputar-putar tentang bagaimana bapak itu menjaga mobil dan motor di sini, lalu cerita kasus-kasus pencurian yang pernah terjadi, tentang mahasiswa-mahasiswa yang bapak itu kenal karena menitipkan mobil dan motor mereka, dan banyak hal lagi.

Aku memang paling suka memulai pembicaraan spontan dengan orang-orang seperti mereka, orang-orang yang terpaksa memilih jalan berat untuk tetap bisa menghidupi keluarga mereka, karena banyak kebijaksanaan yang bisa kita dapat dari mereka. Mungkin lebih karena mereka sudah lebih lama hidup di dunia ini. Bisa pula karena jalan hidup yang berat mengajarkan mereka banyak hal dan lebih banyak kebijaksanaan ketimbang kita yang dari kecil sampai sebesar ini hanya hidup mapan. Atau bisa jadi karena Allah menciptakan orang-orang seperti mereka dengan setangkup kebijakan yang takkan pernah bisa habis termakan waktu. Bicara lama dan panjang lebar seperti menemukan sosok orangtua yang mungkin lama tidak kita jumpai untuk orang rantau seperti diriku. Bercerita dengan mereka bukan seledar untuk membunuh waktu, namun lebih banyak untuk menyerap saripati kebijaksanaan dan mendewasakan kita dalam kehidupan. Seringkali kita lebih banyak berinterakjsi dengan teman sebaya kita, menjadikan teman-teman kita tempat berbagi, tapi rasanya kebijaksaan dan nasihat yang terlontar masih kalah bijaksana dengan orang-orang yan kugambarkan tadi. Menyenangkan, sangat menyenangkan. Itu membuat kita jadi tersadar bahwa kita hanya orang yang masih kecil sekali di dunia ini, baru bisa merasakan kesenangan saja, itupun secuil. Seringkali kita marah karena ada orang yang mengganggu kita dengan semena-mena, marah karena hal-hal kecil yang menurut subjektif kita itu penting, sedih karena hal-hal ederhana yang tidak terlalu prinsipil. Rasanya semua itu masih kalah, karena bapak tukang parkir itu dan orang-orang semacama beliau lebih mengerti makna kebahagiaan dan kesedihan secara mendalam.

Coba kawan, lebih banyak selami kebijaksanaan dunia ini lewat orang-orang seperti mereka, karena aku yakin Allah mengirimkan mereka bukan untuk menjadi beban dunia, tapi untuk menjadi warna yang memperindah sketsa kehidupan kita.

Tiga Sketsa di Satu Malam - Sketsa 1

Malam ini begitu banyak sketsa kehidupan yang terbentuk seiring diriku menyelami dingin dan gelapnya malam dengan kegiatan-kegiatanku.

Sketsa 1

Umm,, sangat menarik bagiku untuk bisa ada di forum-forum kemahasiswaan semacam forum massa tadi malam. Banyak pikiran, pendapat, dan alasan yang mengiringi dinamika ketidak-idealan kondisi kemahasiswaan. Mantap memang, banyak oranga yang berdiskusi, berpikir dan berbicara. Namun malam ini kucoba hal berbeda, aku tutup mataku dan coba dengar lewat hatiku. Ada banyak pertanyaan besar:
apa dulu Soekarno membahas hal yang sama? Apa mereka kakak-kakak kita terdahulu berpikir dengan pola yang sama? Apa mereka berdiskusi dengan dinamika yang sama? Aku rasa kita tidak akan pernah tahu. Aku berharap ketika kubuka mataku, aku sudah ada di tengah forum yang sudah ada Soekarno di situ, mengamati Soekarno bicara, menyelami cara beliau berpikir, memahami pola beliau berdinamika. Umm,, I'm wondering whether we are today's Soekarno?