Keterjebakanku

Aku berlomba dengan menuanya malam untuk memejamkan mataku. Tertidur lelap. Seakan berkejaran dengan pagi yang siap menjemput, Aku merangsang mataku untuk segera terpejam. Jangan sampai fajar menangkap basahku masih belum sedikitpun tertidur. Bayangkan, malam tinggal sepertiga bagian lagi tapi mataku belum lelah menjelajahi dunia. Padahal sekujur imajiku sudah tak sabar untuk mencumbu mimpi-mimpi. Menjamah tanah-tanah imaji yang nikmat dalam balutan lelap. Merasai mimpi-mimpi sesaat yangmembahagiakanku. Melupakan dunia untuk beberapa jenak.

Hanya berteman kotak musik setengah rusak yang terus kuganti-ganti salurannya. Bahkan radio-radio di sana pun sudah lelah dan terlelap. Aku?? Masih sibuk mengurai malam. Masih sibuk menggulingkan badan, ke kiri dan ke kanan. Menatap ke langit-langit tapi tak mendapat iapa-apa. Aku hanya berteman dingin dan nada dari kotak musik setengah bagus yangmasih setia menggemakan suara apapun yang ada, bahkan walau hanya dengungan tanda semua nada telah terlelap. Nguuuu.....ngngngngngngngng.....

Lembar-lembar buku yang Kubaca pun tak sedikitpun melelahkanku. Aku heran. Apa malam bagiku adalah pagi dan siang? Dan sebaliknya??

Atau,... (ini yang paling Aku sebalkan) Aku masih terjebak dalam jaring-jaring halus khayalan yang menangkapku dan menyatukanku dengan namanya. *, *, * dan *. Kenapa bukan huruf-huruf lain? Apatah nama itu telah melekati hatiku, pikirku dan imajiku? ****,... qok bisa sih Aku dijebak dalam jaring-jaring ini? Sebenarnya siapa yang menjebak dan siapa yang terjebak? Ataukah Aku hanya sendiri dalam semua keterjebakan ini? Dalam semua khayalan ini? Ketersiksaan ini? Ini!!