Memori LamaKu

Dari sekian banyak orang yang bisa jatuh ke dalam mimpiKu, lantas kenapa cinta lama itu yang harus datang ke dalamnya dan membuka kembali semua memoriKu tentang dia, tentang Fitri, atau a:f Aku dulu menyebutnya. Apakah Aku diingatkan bahwasanya dalam keadaan apapun, Aku hanya akan selalu kembali kepada cinta yang lama? Cinta lama itu memang terpudarkan oleh waktu, namun tak pernah terlewatkan oleh memori. Waktu selalu saja berkompromi dengan memori untuk menjebakKu di saat yang benar-benar tepat dengan memori tentang cinta lamaKu.

Fitri, Andi Fitriyana Zulkifli nama lengkapnya. Tidak seperti kebanyakan perempuan yang selalu menonjolkan sisi kewanitaan, Fitri lebih terkesan dengan apa yang sering disebut orang dengan tomboy. Tapi tidak seperti itu buatKu, sisi wanitanya masih kental saat Aku lebih dekat mengenalnya, hanya saja Fitri tidak terlalu peduli apakah penampilannya benar-benar 'wanita' atau tidak. Singkat cerita, Aku banyak menulis puisi seputar dirinya. Puisi-puisi yang tercipta hanya karena Aku sering mencuri pandang kecantikannya dari sudut tempat dudukKu di pojok belakang kelas. Awalnya kubiarkan saja puisi-puisi itu menjadi puisi yang tak teraba, puisi yang entah untuk siapa Aku tujukan, puisi yang bisa saja digunakan oleh orang manapun yang sedang jatuh cinta. Indah sekali memang, dan kurasa malam-malamKu sepanjang tahun itu hanya terisi dengan puisi, puisi dan puisi, tak ada hal lain yang lebih berarti. KehidupanKu serasa terinspirasi hanya oleh segala pesona yang Aku dapatkan dari seorang a:f. Well, waktu berjalan dan tentu tak selamanya rahasia dapat terus menjadi rahasia hati. Walhasil, perlahan-lahan Aku mulai berani menuliskan inisialnya di setiap puisiKu. a:f, about: feeling. Begitu dulu seringkali Kusamarkan inisialnya. Tapi bagaimnaun sesuatu yang harus tersingkap pasti akan tersingkap, begitu pula rahasia hati. Fitri tahu tentang bahwa pada akhirnya, puisi itu semua tentang dirinya. Sesuatu yang tak pernah dia sangka akan terjadi, karena selama itu dia memang terus mengagumi puisi-puisiKu. Suatu saat, di saat yan benar tak terduga bagiKu, dia men-skak mat-Ku dengan berkata, "Pasti a:f itu saya toh, Mas??" Ugh!! Seketika Aku hanya bisa diam dan mengangguk. Sesaat kemudian, setelah Aku bisa menguasai diri dan jawabanKu, Aku segera berkata, "Iya. Kamu tahu juga akhirnya."

Well, kesalahan terbesarKu menurut sebagian besar orang, dan MamaKu pun mungkin berpikiran sama, adalah menjaga cinta di hati tetap di hati, menjaga apa yang tak terkatakan tetap menadi rahasia, menjaga apa yang tak tersingkap untuk tetap tertutup rapat. Aku tidak pernah berar-benar mengatakan betapa Aku mencintai Fitri, karena Aku terlalu sombong menganggap bahwa semua puisi itu sudah cukup. Ternyata tidak. Aku juga tidak pernah benar-benar meminangnya menjadi kekasih hatiKu yang akan terus menghaisi hari-hari dan mimpi-mimpiKu. Tidak pernah. Mungkin memang aku yang terlalu pengecut untuk mengatakan satu kalimat cinta tanpa perantara tinta, pena ataupun kertas-kertas. Mulai hari itu, Fitri tak lagi menjadi pengagum yang selalu setia menunggu puisi-puisiKu, karena dia tak lagi penasaran tentang siapa sesungguhnya puisi-puisi itu. Toh semua jawabannya ada di hatinya dan hatiKu, dan di lembar-lembar putih bertorehkan puisi itu. Dia hanya m erindukan puisiKu sesekali dengan bertanya padaKu langsung adakah puisi-puisi baru yang Kubuat. Jujur saja, Akupun jadi tidak terlalu peduli lagi menuliskan semua inspirasi yang bergelimang di kepala, hati dan hari-hariKu ke dalam puisi-puisi. Tapi, ketika semua inspirasi itu mulai mengganggui kepalaKu dan menyesaki batinKu, tetap saja Kugoreskan menjadi bait-bait puisi romansa picisan.

Boleh jadi jika mimpi tadi siang tidak benar-benar menjatuhi kepalaKu, mungkin Aku tidak pernah tersadarkan tentang siapa yang sebenarnya Kucari selama ini. Sedang apa dirinya. Di manakah dirinya. Adakah dia merindukan diriKu. Semua itu menjadi sebatas pertanyaan belaka yang mencuat dari batok kepalaKu karena tersentakkan oleh mimpiKu. Aku jadi ingin bertemu lagi dengan Fitri, menuliskan kembali semua puisi yang selalu bisa Kuciptakan jika Aku ada si sekitarnya. Karena Aku sendiripun selalu sadar, meskipun alam seisinya selalu bisa memberiKu jutaan inspirasi, tapi yang bisa memberikan makna hanyalah puisi-puisi yang terinspirasi oleh Fitri oleh a:f.