Pedih Ketika Terpaksa Kulepaskan (1)

Malam takbiran Idul Fitri 1430 H. Berarti itu hampir 200 hari bersama Ratih, 198 hari tepatnya. Begitu banyak hal yang terjadi, dan lebih banyak hal yang tidak menyenangkan kurasa. Gak ada lagi kecocokan seperti dulu sebelum aku dan Ratih terikat satu sama lain. Aku jadi begitu banyak berpikir tentanga apa yang sudah kulakukanke Ratih, kompromi apa saja yang sudah kulakukan di kehidupanku sendiri untuk bisa tunjukkan ke Ratih betapa aku memang sangat sayang ke dia. Malam takbiran ini kurasa kesempatan yang benar-benar pas untuk merenungkan semuanya. Idul Fitri berarti memulai sebuah kehidupan baru yang memperbaikai hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu, menebus setiap titik dosa di kehidupan kita dengan lebih banyak kebaikan. Dan malam takbiran ini kuraih seraup waktu untuk diriku sendiri, cukup banyak waktu malah, untuk memikirkan kelanjutan kehidupanku dan Ratih.

 
 

==============================

Aku Lepas Kamu yaa....‏

From:

Ian Achmad Januar (ian.achmadjanuar@*.com)

Sent:

Sunday, September 20, 2009 2: 59 AM

To:

Ratih (*@*.com)

Ratih sayang,,

sepertinya aku memang selamanya bukan untuk kamu, sayang. aku boleh aja pernah janji untuk sayang kamu selamanya; atau boleh jadi aku pernah berniat perjuangkan kamu di kehidupanku. tapi aku tahu bukan itu yang kita butuhkan.

Dari awal, mungkin kita adalah kesalahan. salah, karena memang aku diakdirkan untuk mengisi sepenggal waktu aja di kehiduanmu, tapi kamu mengikat aku untuk tinggal lebih lama. maka yang selanjutnya terjadi adalah kesalahan.

bulan maret itu, februari mungkin tepatnya, kamu mungkin butuh seseorang untuk tempatmu bercerita. orang yang bisa dengan sabar mendengarkan semua cerita kamu, semua keluh kesah kamu. dan Allah ngirim aku untuk ada di situ, untuk ada buat kamu waktu itu. aku, dan bukan orang lain. waktu berjalan mbuat kita makin dekat kan. aku jadi sering nganter kamu ke lab, bahkan sampai bermalam nungguin kamu. sering anter-jemput kamu ke dan dari rapat di kampus. aku seneng lakukan semua itu. aku seneng bisa jadi lelaki yang pernah berarti n berguna di kehidupanmu. meski itu hanya sepenggal waktu.

lalu waktu kamu tanyakan kelangsungan hubungan kita, aku ragu apakah ini yang benar-benar kita butuhkan? iya bener, kita memang sedang dekat n cocok waktu itu, saling ngisi. iya bener, aku memang sedang butuh cewek yang bisa ngisi hari-hariku, jadi motivasiku. and it was you, sayang. di lain sisi mungkin kamu manfaatin aku untuk rebound dari mantan kamu yang ngajak kamu makan n nonton, tapi kamu males. tapi pertanyaanku tetap, apa ini yang benar-benar kita butuhkan? butuh lho, bukan ingin.

akhirnya aku putuskan untuk menjawab, "iya, aku bersedia jadi pacarmu", dan ternyata itu adalah kesalahan. gak pernah ada kecocokan lagi kan setalah itu. aku gak pernah bener ngejagain kamu, kamu jadi risih. kita beda prinsip, dan itu sulit kita komunikasikan. lalu aku coba bertahan, berharap ada titik cerah, tapi itu juga kesalahan buat kita karena ternyata gak ada yang bisa dipertahankan. aku naif. aku khilaf. dan aku egois, itu yang paling dominan. i was blinded. dan baru malam ini, di sela-sela takbir yang masih menggema dari masjid-masjid di luar sana, aku sadar bahwa kita adalah kesalahan. aku dan kamu hanya saling membutuhkan di bulan februari itu saja, di sepenggal waktu yang itu aja, gak boleh lebih, n gak seharusnya lebih. aret, april, mei, juni, juli, adalah kesalahan yang mendewasakan kita. we both have been mistaken. 

sekarang, aku bisa lepaskan kamu dari kehidupanku dengan lapang n lega, dengan sangat bersyukur malah, karena mataku dan hatiku udah lebih terbuka. moga kamu bahagia ya, Ratih sayang. I Love You So Mmuaaach. Still.

 
 

==============================

Seperti ini email yang malam itu dengan sangat terpaksa aku kirimkan. Berat banget buatku sendiri sebenarnya, melepaskan wanita yang sebenarnya gak bisa aku gantikan dengan siapapun, tapi itu sudah menjadi keputusan yang harus aku jalani, aku dan ratih jalani.

 
 

Ternyata, apa yang kulakukan membebani pikiranku sendiri. Menyiksa diriku sendiri, karena aku sadar aku melepaskan seorang yang sudah aku cintai sampai sumsum tulangku. Berlebihan mungkin, tapi ini yang terjadi, karena banyak hal tentang Ratih gak benar-benar hilang dari pikiran dan hatiku.


 

(to be continued)