Hal Terbaik

by Ian Achmad Januar


 

What's the best thing that's ever happened to you?

Pertanyaan yang sederhana bukan? Tapi coba saja jawab pertanyaan ini, dan perhatikan dirimu. Berapa lama yang kau butuh kan untuk menjawab pertanyaan ini dengan mantap. Satu detik? Dua menit? Tiga Jam? Empat Hari? Lima Tahun? Atau bahkan kau takkan pernah temukan jawabannya seumur hidupmu? Belum lagi jika orang yang berbeda yang menanyakannya kepadamu. Apatah jawabanmu akan sama saja ketika yang bertanya adalah orangtuamu, kekasihmu, sahabatmu, atau anakmu sendiri?

Lantas, untuk aku sendiri, banyak sekali hal terbaik dalam hidupku jika orang berbeda menanyaiku pertanyaan yang sama. Tapi di atas segalanya, hal terbaik yang pernah terjadi di dalam kehidupanku adalah kali pertama aku menangis karena merasa jauh terpisah dari Mama-Papa. Sendiri dalam ruangan yang sengaja kumatikan semua lampunya, aku ketik di ponselku begitu banyak kata dan perasaan yang tergurat di hatiku saat itu. Perasaan betapa aku terlalu jauh dari Mama-Papa, terlalu rapuh tanpa Mama-Papa, butuh pelukan Mama-papa di hari-hariku, butuh nasihat Mama-Papa, bahkan aku butuh senyuman Mama-Papa di setiap satu pagi lagi aku terbangun.

Tapi rasany tiba-tiba banyak hal terlupakan tentang Mama-Papaku karena aku kini sudah punya kekasih. Sudah punya wanita yang harus aku mengerti. Aku bukan lagi seorang laki-laki yang hidup semauku dalam duniaku sendiri. Aku haru mau membuka tembok pembatas duniaku dan mulai memahami seluruh keinginan dan kehendak kekasihku. Naif memang, karena dilemahkan cinta. Namun aku memang harus banyak belajar untuk mencintai, dan inilah kesempatanku. Aku berjuan untuk jadikan ini kesempatan pertama sekaligus terakhir buatku. Bagiku, mencintai dan kehilangan itu terjadi hanya sekali seumur hidup. Aku mencintai hari ini, sekali untuk selamanya, dan baru akan mau kehilangan nanti, ketika tangan-tangan Tuhan sudah campur tangan. Masih sulit memang untukku mendapatkan seluruh hatinya, tapi itu tantangan buatku. Suatu kesempatan untuk memahami setiap hal yang ada di hati, pikiran, dan tingkahnya. Aku cuma bisa berjuang dan tunjukkan cinta dengan segala cara yang aku mampu. Pada akhirnya, aku serahkan pada kekasihku, akankah aku teman hidup selamanya, atau hanya lelaki yang sekedar lewat di kehidupannya.

Seperti potongan dialog dalam film The Game Plan berikut:

"Well, the only thing you can do is make sure that she knows you love her.

and that nothing's ever going to change that. And then when she's ready, she'll find you again"