OrbitKu Sendiri

Tunggu Aku kembali lagi. Aku selalu lari untuk kembali. Pasti. Tapi kapakn saatKu kembali itu yang masih bersifat stokstik. Separti merabai gugusan bintang untuk mengetahui penjuru langit, tak tentu utara itu di utara. Aku masih berat untuk kembali. Bukan saatnya buatKu, mungkin.

Ini tentang energi mana yang menggravitasiKu untuk merotasi si sekeliling intinya. Karena Aku sendiri adalah meteorit yang belum punya orbitKu sendiri. Aku belum punya intiKu seniri. Belum punya bintangKu sendiri. Apatah lagi energiKu sendiri. Aku luntang-lantung. Hantam kanan, tabrak kiri, melesat maju, tertubruk mundur, mengorbit, lepas dari orbit, ikut orbit lain. Agh!! Sulit sekali bagiKu diam di satu saja orbit. Tidak ada energi yang cukup besar untuk menempelkanKu berputar di orbitnya.

Haruskah Kutemukan cinta? Itukah energi terbesar yang akan Kuorbiti sesisa umurKu? Entahlah ya. Aku sendiri pun tak punya cukup energi untuk memilih.