Desire and Process

Semalam, kamu banyak memberiKu banyak kebijakan seputar keinginan. These are what you sent to me when I asked you about 'the things that had made you wiser':

Cuma baru nyadar,

Kadang,

apa yang kita inginkan gak sama dengan apa yang kita suka

Apa yang dibutuhin gak sama dengan yang terbaik untuk kita

Tapi, gak jarang kita malah keras kepala mengakuinya.

 
 

Yah, benar bahwasanya Allah selalu menggariskan yang terbaik buat kita. Namun, kita pun selalu diberi kesempatan seluas-luasnya untuk meminta --berdoa, tepatnya-- hal-hal yang dalam persepsi kita adalah yang terbaik. Toh, kita masih harus melaluijalan yang berat untuk meraih hal terbaik itu. Pada akhirnya, bisa saja kita meraih kebaikan yang lebih melimpah daripada apa yang kita inginkan di awalnya. Semua itu karena proses berat yang kita jalani tadi. Mengimpikan, meminta, berdoa, berusaha. Usaha kita pun rasanya tidak akan main-main kalau kita mengejar yang terbaik. Lari, melompat, terjatuh, bangkit, lari lagi, merangak, merayap, tiarap, berdarah-darah, terluka, tersayat, patah, remuk redam, apa pun!! Semua itu proses yang indah, yang seringkali memberikan kebaikan dan kebijakan baru dalam kehidupan kita. Memberikan satu warna baru di horizon kehidupan yang putih bersih.

 
 

Apa salahnya menginginkan yang paling baik menurut kita? Kita berhak qok untuk itu! Bukan egois. Ibrahim as. yang sudah tua pun masih terus menginginkan yang paling baik menurutnya: anak yang soleh. Doa Ibrahim as. tiada henti disenandungkan. Seperti tak mengenal putaran bumi yang silih berganti mengantarkan gelap dan menjemput terang, tetap saja Ibrahim as. Berdoa: "Robbi hab lii min ash-shoolihiin". Toh, Inrahim as. menikmati proses itu sebagai sebuah kebaikan: kedekatan yag lebih intens kepada Robb-nya, dan sebuah kebijakan: tak ada yang ustahil bagi Robb-nya. Toh , pada akhirnya Allah memberikan yang jauh lebih baik. Ingat: "yang jauh lebih baik", bukan "yang lain yang lebih baik". Artinya, keinginan Ibrahim as. yang semula dengan proses mendekatkan diri secara luar biasa dibalas dengan keinginan yang sama, namun nilainya lebih berharga, ada nilai tambah di situ: "fa basysyarnaahu bighulaamin haliim". Wow!! Subhanallah!! Ibrahim as. Meminta keturuna yang 'sholih', Allah memberikan tidak sekedar 'sholih', tapi juga 'halim' (santun). Ah!! Kenapatah kita masih saja lupa untuk belajar dari Ibrahim as..

 
 

Intinya, tak ada yangsalah dengan keinginan kita. Masalah terletak pada proses kita meraihnya dan itu menentukan hasilnya: better or worse.