Apatah Dayaku

Kehidupan telah banyak berubah sejak terakhir kali Aku masih mengenalinya. Tertawa. Berlari. Berpikir. Bingung. Marah. Senang. Menangis. Berbagi. Peduli. Apapun lagi.

Sekarang AKu tak mengenalinya lagi. Kadang menyajikanku gundah dan galau. Jarang menawarkanku senang dan canda. Lebih sering menjejakkan kaki takdir dengan sepatu larasnya untuk menjejalkan kehendak langit padaku.

Apatah dayaku.

Aku hanya bisa mengenangi kehidupan dengan wajah danpesonanya yang dulu. Lantas dengan enggan dan terpaksa, Kujalani dan kupaksa berteman dengan kehidupan yang kini menyeringai tajam dan tersenyum sinis padaku.